PERAN PUBLIC RELATION MENERAPKAN MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMULIHKAN CITRA PT GARUDA INDONESIA
PERAN PUBLIC RELATION MENERAPKAN MANAJEMEN KRISIS DALAM
MEMULIHKAN CITRA PT GARUDA INDONESIA
Oleh:
Nama : Tri Nada Alfatihah
Nim : 51117170
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis
panjatkan puji dan sukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyesaikan paper penulis tentang Peran Public Relation Menerapkan
Manajemen Krisis Dalam Memulihkan Citra PT Garuda Indonesia
Paper ini telah
penulis susun secara maksimal atas bantuh dari berbagai pihak sehingga tugas
ini bisa selesai dengan lancar. Untuk itu, penulis banyak berterimakah kepada
semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan
dan supportnya selama ini.
penulis menyadari,
paper yang penulis buat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik.
Kami berharap, paper
tentang Peran Public Relation Menerapkan Manajemen Krisis Dalam Memulihkan
Citra PT Garuda Indonesia yang penulis susun bisa memberikan manfaat dan
inpirasi bagi pembaca.
Serang, 21 April
2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Garuda Indonesia
merupakan maskapai penerbangan pertama di Indonesia dan berhasil menguasai
pangsa penerbangan hingga go Internasional. Berbeda dengan banyak
perusahaan penerbangan lainnya, Garuda Indonesia dilahirkan di tengah kancah
perjuangan bangsanya. Lahir pada masa mempertahankan untuk mengisi kemerdekaan.
Bermula dari sebuah pesawat Dakota di tahun 1948, Garuda Indonesia kini memiliki
73 armada pesawat terbang, membuatnya terbesar di Asia Tenggara. Menghubungkan
setiap Ibu kota propinsi dan melayani penerbangan teratur kelima benua di
dunia. Sehingga Dalam waktu yang cukup lama, hingga sampai detik sekarang ini,
Garuda Indonesia berhasil mempertahankan visi dan misinya, sehingga dapat
menjadi pilihan utama bagi penumpang di kelas affluent dan high
networth, yaitu melayani segmen pasar masyarakat kelas menengah keatas
dengan mengutamakan layanan yang prima dan unik.
PT. Garuda Indonesia
selalu memberikan citra yang positif di mata khalayaknya, terutama untuk
memuaskan pelanggan yang selalu setia terbang menggunakan jasa penerbangan
Garuda Indonesia dalam menomersatukan pelayanan. Contohnya PT. Garuda Indonesia
selalu memberikan produk mengenai layanan terbaru untuk menambah kenyamanan
bagi pelanggan Garuda. Selain itu juga Garuda Indonesia Dalam mempertahankan
Citranya yang baik, PT. Garuda Indonesia selalu menciptakan hubungan yang
baik antara pihak internal, diantaranya selalu melakukan
komunikasi yang baik antara karyawan dengan pimpinan, serta saling mendukung
antara unit yang satu dengan yang lainnya dalam membangun Citra Garuda
Indonesia. Sedangkan eksternalnya Garuda Indonesia selalu
menjalin hubungan baik dengan pihak luar dan stakeholdersnya,
diantaranya Humas Garuda Indonesia selalu mengadakan kerja sama dengan
perusahaan lain. Selain itu juga pihak humas Garuda Indonesia selalu menjaga
hubungan baik dengan pers dan juga kepada publik,terutama pelanggan. Misi
Inilah yang dijalankan PT. Garuda Indonesia guna terciptanya citra yang positif dimata
khalayaknya, Sebagai Penerbangan no satu di Indonesia yang berdaya saing Internasional.
Kondisi pada saat
sebelum terjadinya krisis di Garuda Indonesia,terutama di ruang lingkup Humasnya,
pada setiap harinya kondisi suasananya sangat harmonis, melainkan biasabiasa
saja, karena masing-masing bagian sudah mempunyai tugasnya sendiri, melainkan
tidak ada tanda-tanda apapun ketika akan mengalami krisis. Tapi serentak Garuda
Indonesia, terutama pihak humasnya sangat terkejut, ketika diberitahukan kabar
yang sangat menyedihkan pada tanggal 7 Maret 2007, Tragedi Accident pesawat
Garuda Indonesia kembali terjadi, suasana diruangan humas yang tadinya sangat
tenang, ketika dikabarkan berita Accident tersebut,
suasanapun langsung berubah seketika menjadi hiruk pikuk, melainkan semua pihak
garuda dibikin sibuk, terutama humasnya tingkat kesibukan menjadi meningkat
dalam menghadapi krisis tersebut, dalam mencari informasi yang akurat mengenai
accident tersebut. kini PT. Garuda Indonesiapun kembali berduka. Pesawat Garuda
Indonesia berjenis Boeing 737/400 jurusan Jakarta – Jogya dengan nomor
penerbangan GA-200 bergistrasi PK-GZC, yang diterbangkan oleh Capt. M. Marwoto
Komar tersebut, Terbakar di Bandara Adi Sucipto Jogyakarta dengan membawa 133
penumpang dan 7 awak kabin. Diantaranya penumpang yang tewas berjumlah 22
penumpang, dan 4 zenazah diantaranya warga Asing (WNA), sedangkan penumpang
yang lainnya mengalami cedera dan luka-luka, hingga diantaranya ada yang
dirawat di Rumah Sakit Bethesda, RS Panti Rapih, dan RS dr Sardjito. Dari
kecelakaan yang menimpa Garuda tersebut, banyak munculnya spekulasi,
diantaranya banyak mengatakan bahwa penyebab kecelakaan tersebut adalah campur
tanggan manusia yang tidak bertanggung jawab (Human Eror), melainkan
dugaan sabotase adanya unsur terorisme. Dugaan sabotase muncul,
karena di dalam pesawat ada 8 warga Australia yang hendak mengikuti kunjungan
Alexander Downer ke Jogyakarta.
Mengenai kecelakaan (accident)
yang dialami PT. Garuda Indonesia tersebut menaruh luka yang sangat mendalam
bagi masyarakat Indonesia seluruhnya, terutama bagi keluarga korban, dari
Accident tersebut masyarakat banyak bertanya-tanya, Mengapa accident ini
bisa terjadi kepada Garuda Indonesia yang sebelumnya terkenal dengan image
sebagai maskapai penerbangan yang paling aman dan no satu di Indonesia. Kini
kepercayaan Masyarakat Indonesia terhadap Garuda telah luntur, melainkan
masyarakat Indonesia menjadi sedikit trauma untuk menggunakan jasa penerbangan
Garuda Indonesia. Kini masyarakat Indonesia semakin dibuat bingung oleh
maskapai penerbangan, karena penerbangan yang terbilang paling amanpun seperti
Garuda Indonesia bisa mengalami nasib tragis seperti ini.
Pasca terjadinya
accident tersebut secara tidak langsung Citra Garuda Indonesia tercoreng dimata
khalayaknya, untuk itu upaya-upaya yang dilakukan Humas Garuda Indonesia dalam
menangani acident tersebut adalah ketika krisis itu muncul, tentunya banyak
ketidakpastian muncul atau spekulasi, untuk itu pihak humas harus
mengklarifikasinya, melainkan kondisi seperti itu harus segera
ditritmen/ditangani secara bertahap, setelah melakukan tritmen baru muncul
penjelasan, misalnya dari sumber data yang dikumpulkan humas memastikan data
tersebut akurat atau tidak. Dan tiap hari setelah accident tersebut
humas mengeluarkan berita pers, mengenai data terbaru dari accident tersebut.
Dan yang paling mendasar ketika accident itu terjadi adalah pihak humas harus
benar-benar mencari sumber data yang akurat, yang benar-benar informasi yang
didapat bisa dipertanggungjawabkan. Garuda Indonesia merasa bersalah, untuk itu
pihak Garuda Indonesia memberikan uang simpati kepada semua penumpang Garuda
Indonesia yang selamat 25 juta rupah, sedangkan bagi korban meninggal dunia,
untuk keluarga korban diserahkan uang sebesar 600 juta rupiah.
Sedangkan Upaya yang
dilakukan Humas Dalam Pemulihan citra Garuda Indonesia dalam menerapkan
manajemen krisis terhadap accident GA 200 tersebut, Pihak
humas termasuk sangat siap sekali ketika menghadapi accident itu tertjadi,
sehingga penanganannya pun terbilang sangat cepat. Dan untuk memulihkan citra
tersebut, tentunya pihak humas berupaya untuk menggunakan pilihan Strategi yang
tepat dan mantap dalam menangani krisis manajemen, guna mengembalikan citranya
yang positif di mata khalayaknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
strategi PR dalam manajemen krisis di PT garuda Indonesia
2.
Apa
peran humas dalam manajemen krisis di PT garuda Indonesia\
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas, maka tujuan penulis meneliti studi kasus ini,
yaitu :
- Untuk mengetahui Manajemen Krisis di PT. Garuda Indonesia
- Untuk mengetahui Stategi Manajemen Krisis apa yang digunakan PT. Garuda Indonesia
- Untuk mengetahui Peran Humas dalam Manajemen Krisis di PT.Garuda Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
1. Manajemen
krisis
Definisi
krisis menurut Linke (1999: 84) adalah : Merupakan suatu ketidak normalan dari
konsekuensi negative yang mengganggu operasi sehari-hari sebuah organisasi yang
mungkin berakibat adanya kematian, menurunnya kualitas kehidupan, berkurangnya
tingkat kesejahteraan dan menurunnya reputasi perusahaan. Dari definisi
tersebut, penulis memahami bahwa krisis perusahaan bisa dilihat dari
ketidaknormalan dari konsekuensi negative yang mengganggu operasi sehari-hari
sebuah organisasi. Ketika krisis muncul, tindakan yang harus dilakukan praktisi
PR adalah harus cepat memberi respon dalam memberikan konfirmasi yang akurat
pada media, serta dalam mengambil keputusan praktisi PR harus bekerja dengan
cepat dalam menanggulangi krisis tersebut. Sementara menurut Kasali (1994 : 222
) Krisis adalah “ Suatu waktu yang krusial, atau momen yang menentukan (decisive
moment). Krisis merupakan suatu turning point yang
diselesaikan dengan baik akan melahirkan kemenagan (for better).
Dan bila gagal akan menimbulkan korban (for worse). Oleh
karena itu perlu diketahui bahwa krisis tidak timbul begitu saja, sebelum ia
mencapai suatu turning point, ia pasti akan memberi tanda-tanda.” Dari definisi
tersebut. Bila suatu perusahaan mengalami situasi krisis yang termasuk jenis
krisis akut dan ditangani langsung oleh pihak perusahaan, maka keadaan terburuk
tidak akan dialami oleh perusahaan, melainkan melahirkan kemenangan bagi
perusahaan tersebut. Karena kemenangan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi
peluang untuk memulihkan kembali citra yang tadinya buruk menjadi baik lagi. Sebenarnya
yang disebut manajemen krisis itu diawali dengan langkah mengupayakan sebanyak
mungkin informasi mengenai alternatif-alternatif, maupun mengenai probabilitas,
bahkan jika mungkin mengenai langkah-langkah yang direncanakan untuk ditempuh,
dapat lebih didasarkan pada sebanyak mungkin dan selengkap mungkin serta
setajam (setepat) mungkin informasinya.
2. Public
Relations (Humas)
Public
Relations atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai hubungan
masyarakat (humas) adalah upaya yang sungguh-sungguh terencanakan dan
berkesinambungan untuk menciptakan dan membina saling pengertian antara
organisasi dengan publiknya. Jefkins yang dikutip oleh Rachmadi dalam bukunya
Public Relations dalam Teori dan Praktek (1994:18) menyatakan bahwa humas
adalah sesuatu yang menerangkan keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu
yang keluar maupun yang kedalam antara suatu organisasi dengan semua 26
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya spesifikasi yang berdasarkan
pada saling pengertian. Definisi tersebut adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diorganisasikan sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian kampanye atau program
terpadu dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur
mengidentifikasikan bahwa humas harus menggunakan metode manajemen berdasarkan
tujuan. Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat Aktivitas
sehari-hari hubungan masyarakat atau Public Relations adalah menyelenggarakan
komunikasi timbal balik (two way communications) antara perusahaan atau suatu
lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk saling menciptakan pengertian
dan dukungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu baik itu dalam hal kebijakan,
kegiatan produksi, barang atau pelayanan jasa dan lain sebagainya, demi
kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga bersangkutan. Humas adalah
proses interaksi dimana humas menciptakan opini publik sebagai input yang
menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan
motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan
saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya.
Secara etimologis public relations terdiri
dari dua kata yaitu : public dan relations. Dalam bahasa Indonesia, kata Public
berarti publik atau masyarakat dan relations adalah hubungan-hubungan. Jadi
arti dari public relations adalah hubungan-hubungan dengan public/masyarakat. Konsep
humas menurut IPRA (Internasional Public Relations Association) adalah fungsi
manajemen yang khas mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara
organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan dan
kerjasama (Arifin, 1998).
Pada
dasarnya keberadaan humas sebagai salah satu unit di lembaga pemerintahan sudah
tidak bisa ditawar lagi mengingat fungsinya yang dapat menunjang kegiatan
manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Humas bisa dijadikan garda depan
dalam mempersiapkan masyarakat untuk menerima kebijakan lembaga serta
sebaliknya menyiapkan mental lembaga dalam memahami kepentingan publik. Guna
menjalankan fungsi Humas tersebut, pendelegasian wewenang serta pembentukan
unit dan struktur organisasi bagi kedudukan Humas sangatlah penting. Dengan
pendelegasian yang jelas tersebut pejabat humas dapat menyusun sistem secara
terstruktur dalam menjalankan fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi
media publik, mengurus hubungan antara unit-unit yang ada dalam lembaga induk
maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan instansi lain serta masyarakat
luas. Humas merupakan fungsi strategis dalam manajemen yang melakukan
komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik. Dalam
kegiatannya, humas melakukan komunikasi dua arah antara organisasi dan publik
untuk menciptakan pengertian dan dukungan bagi tercapainya maksud, kegiatan,
jasa layanan, dan kebijakan lembaga.
A.
Peran Dan Fungsi Public
Relations
Peran seorang Public Relations sangat
dibutuhkan dalam sebuah organisasi / perusahaan. Public Relations adalah sebagai Jembatan antara perusahaan
dengan publik atau antara manajemen dengan karyawannya agar tercapai Mutual Understanding (saling
pengertian) antara kedua belah pihak. Public Relations bertindak sebagai komunikator ketika
manajemen berhubungan dengan para karyawan. Adapun peran Public Relationsmenurut Dozier
& Broom (20 : 2000) antara lain :
a)
Penasehat Ahli ( Expert Prescriber
)
Seorang praktisi Public
Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat
membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya
(Communicator Fasilitator ).
b)
Fasilitator Komunikasi (
Communication Fasilitator )
Dalam hal ini, praktisi Public
Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu
pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginnkan dan diharapkan oleh
publiknya
c)
Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (
Problem Solving Process Fasilitator )
Peranan praktisi Public Relations dalam pemecahan
masalah persoalan Public
Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat ( adviser
) hingga mengambil rindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau
krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
d)
Teknisi Komunikasi (
Communication Technician )
Peranan communications technician ini
menjadikan praktisi Public Relations sebagai journalist in recident yang
hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan of
communication in organization.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Strategi Manajemen Krisis
Istilah strategic
manajement sering disebut pula rencana strategis atau rencana jangka
panjang perusahaan. Dalam suatu rencana strategis perusahaan menetapkan
garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu
tertentu kedepan. Untuk melihat kedepan perusahaan perlu melihat kebelakang,
yakni hal-hal yang telah di capai di masa lalu, harapan yang di janjikan dari
prestasi itu, dan persepsi yang muncul dari lingkungannya. Seorang praktisi
public relations tidaklah dibenarkan mengabaikan pelaksanaan penyusunan rencana
jangka panjang ini. Ia perlu turut aktif mengobservasi pendapat dan harapan
tersebut. Karena prosesnya melibatkan banyak pihak, suatu rencana jangka
panjang yang berhasil disatukan sering disebut pula suatu “consensus”.
Rencana inilah yang
menjadi pegangan bagi para praktisi public relations untuk
menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil
sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public
relations harus menyatu dengan visi atau misi organisasinya, yakni
alasan organisasi atau perusahaan untuk tetap hidup, dari sinilah seorang
praktisi public relations dapat menetapkan objektifnya dan bekerja berdasarkan
objective tersebut. (Kasali, 1994: 34) Dari pemaparan diatas, penulis memahami
bahwa strategi manajemen sering di sebut juga rencana strategis atau rencana jangka
pangka panjang perusahaan, dan biasanya sebagian besar perusahaan menetapkan
rencana jangka panjang tersebut dalam lima sampai sepuluh tahun, alasan
perusahaan membatasi berapa lamanya sangat masuk akal, karena perubahan yang
terjadi belakangan ini sangat sulit di terka arahnya.
Masing-masing
perubahan itu saling kait mengait sehingga perkiraan terjauh yang dapat di duga
menjadi amat terbatas. Sehingga untuk melihat ke depan perusahaan perlu melihat
ke belakang, yakni hal-hal yang telah dicapai dimasa lalu harapan yang di
janjikan dari prestasi itu, dan persepsi yang muncul dari lingkungannya.
Rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi public
relations untuk menyusun berbagi rencana teknis, dan langkah komunikasi yang
akan diambil sehari-hari..jadi strategi manajemen sangat penting sekali bagi
perusahaan, terutama ketika perusahaan mengalami suatu krisis manajemen..
disini public relations dituntut apakah strategi yang dibuat harus di
perbaharui atau di lanjutkan, guna untuk mempertahankan perusahaannya itu.
manajemen
strategis merupakan rangkaian tindakan yang dimulai dari analisis lingkungan,
penetapan arah organisasi, perumusan strategi organisasi, implementasi
organisasi, serta evaluasi dan pengendalian strategi. Dari definisi diatas,
penulis memahami bahwa proses manajemen strategis itu bersifat kontinu dan
iterative, maksudnya adalah diawali dengan langkah pertama, berakhir dengan
langkah terakhir dan kembali lagi pada langkah pertama, terus demikian secara
berulang-ulang. Langkah-langkah stragic management Pearce dan
Robinson dalam Kasali (1994: 43), mengembangkan langkahlangkah strategic
management sebagai berikut :
- Menentukan mission perusahan. Termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose), filosofi, dan sasaran (goals).
- Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi intern perusahan dan kemampuan yang dimilikinya.
- Penilaian terjhadap lingkungan ekstern perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.
- Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).
- Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan.
- Pemilihan strategi atas objective jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objective tersebut.
- Mengembangkan objective tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objective jangka panjang dan garis besar strategi.
- Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada anggaran (budget) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
- Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan.
B.
Peran
Public Relations dalam Manajemen krisis
Peran
praktisi PR menjadi sangat penting ketika perusahaan mengalami krisis. PR dapat
membantu perusahaan untuk menciptakan kondisi yang dapat membawa perusahaan
yang sedang menurun kembali ke sedia kala. Hal itu hanya dimungkinkan bila
praktisi PR mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan
tindakan yang terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan.
(Kasali: 1994: 223). Adapun salah satu Peran yang dilakukan PR ketika krisis
datang yaitu yang paling penting mengenali gejala-gejala krisis terlebih
dahulu. Gejala krisis ini mempunyai tiga tipe, yaitu, krisis bersifat segera,
krisis baru muncul, dan krisis bertahan. Dan disinilah PR berperan harus dapat
mengenali salah satu dari gejalagejala tipe krisis tersebut yang dikaitkan
dengan krisis yang dialaminya. Setelah mengenali jenis krisisnya, barulah PR
menentukan tahapan krisis. Dalam tahapan krisis ini terdiri dari empat tipe,
yaitu Tahap Prodromal, Tahap Akut, Tahap Kronis, dan Tahap Resolusi. Setelah
mengetahui empat tahapan tersebut, barulah PR menentukan salah satu dari
keempat tahapan tersebut yang terkait dengan gejala krisis. Tujuan dari
mengetahui gejala krisis dan tahapan krisis tersebut adalah guna untuk
mempermudah praktisi PR dalam menangani krisis. Kemudian setelah gejala dan
tahapan krisisnya sudah jelas, barulah PR mengambil tindakan dalam mengelola
krisis. Adapun langkah- langkah PR dalam mengelola krisis, yaitu :
- Identifikasi Krisis
Untuk
dapat mengidentifikasi krisis, praktisi PR perlu melakukan penelitian. Bila
krisis terjadi dengan cepat penelitian harus dilakukan secara informal dan
kilat. Pada hari itu juga tim diterjunkan dan mengumpulkan data, hari itu
pula kesimpulan harus ditarik. Hal ini hanya memungkinkan bila praktisi PR
mempunyai kecakapan dan kepekaan untuk mengumpulkan data.
- Analisis Krisis
Sebelum
melakukan komunikasi, terlebih dahulu PR harus melakukan analisis
atas masukan yang di peroleh. Analisis yang dilakukan mempunyai cakupan yang
luas, mulai dari analisis parsial sampai analisis yang kait mengait.
- Isolasi Krisi
Krisis
adalah penyakit menular. Untuk mencegah krisis menyebar luas, maka krisis harus
diisolasi, dikarantinakan terlebihdahulu sebelum tindakan serius diambil.
(Kasali: 1994: 231-232) Dari penjelasan diatas penulis memahami bahwa sesuai
dengan perannya di manajemen krisis, praktisi PR membantu manajemen dalam
mengelola krisis, mengidentifikasi krisis terlebih dahulu, guna untuk
mendapatkan data yang akurat. Setelah itu lalu menganalisis krisis dengan
membaca suatu permasalahan. Dan selanjutnya mengisolasi krisis. Isolasi krisis
ini dilakukan supaya krisis tidak menyebar secara luas, sebelum tindakan serius
dilakukan. Setelah itu baru ditentukan Strategi yang digunakan terkait dalam
manajemen krisis. Tapi sebelum mengetahui strategi yang digunakan, sebelumnya
praktisi PR menggunakan pendekatan dalam menyusun strategi, salah satunya
adalah pendekatan sasaran,yaitu pendekatan yang dalam menyusun strateginya
terlebih dahulu menetapkan sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan pada masa
depan. Setelah iu ditetapkan strategi yang tepat untuk mencapai sasaran
tersebut.. Pendekatan sasaran ini digunakan oleh PR Garuda Indonesia. sebelum
menentukan strategi yang digunakan, Selanjutnya menetapkan strategi yang
diinginkan perusahaan dalam menangani krisis. Ada tiga strategi untuk menangani
krisis adalah Defensive Strategi, Adaptive Strategi dan Dynamic strategy. Dan
terkait dalam menangani krisis di PT Garuda Indonesia Strategi yang dipilih
dalam menangani krisis tersebut adalah Adaptive Strategy. Adaptive strategi ini
mencakup seperti, mengubah kebijakan, modifikasi operasional, kompromi, dan
meluruskan citra. Dengan demikian yang sudah penulis paparkan diatas,
peran PR dalam manajemen krisis sangat berpengaruh sekali, karena PR dapat
membantu perusahaan untuk menciptakan kondisi yang dapat membawa perusahaan
yang sedang menurun kembali seperti semula.
C.
Citra
Perusahaan
Setelah
mengetahui pemaparan manajemen krisis dengan strategi perusahaan, dalam
pemilihan strategi tersebut, antara lain adalah agar terciptanya citra positif
di mata publiknya. Terkait dalam penanganan krisis yang dilakukan Garuda
Indonesia sangat baik, terutama humas yang yang melakukan perannya dengan baik
dalam membantu manajemen mengatasi penanganan krisis tersebut, maka citra
Garuda Indonesiapun dapat terselamatkan, bahkan Pelanggan Garudapun semakin
puas dengan Garuda Indonesia, karena dapat mengatasi krisis ini dengan baik dan
Garuda pun sangat bertanggung jawab atas kerugian yang dialami penumpang.
Oleh karena itu Garuda Indonesia mengalami penurunan citra di mata
pelanggannya. Penanganan yang dilakukan Humas Garuda Indonesia cukup membuahkan
hasil, buktinya menurut Majalah Marketing 05/VII/Mei 2007, mengatakan” Citra
Garuda Indonesia dimata pelanggan tidak menurun. Buktinya yang terdaftar
sebagai anggota Garuda Frequent Flyer mengaku tetap memilih Garuda Indonesia
sebagai maskapai yang mereka gunakan, alasanya, selain milik Badan Usaha Milik
Negara, Garuda Indonesia memiliki pelayanan paling memuaskan, dibandingkan
maskapi penerbangan lain.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan pada PT. Garuda Indonesia, penulis menyimpulkan
sebagai berikut : Untuk melakukan penanganan krisis yang dilakukan pihak humas
Garuda Indonesia, terlebih dahulu humas mengenali jenis krisisnya terlebih dahulu,
baru tahapan krisisnya, hingga sampai pada pengelolaan krisis. Berdasarkan
hasil penelitian Tipe krisis yang dihadapi Garuda Indonesia adalah jenis tipe
krisis yang bersifat segera, karena menyangkut kecelakaan pesawat. Terkait dari
tipe krisis tersebut, humas menentukan tahapan dari jenis krisis tersebut
termasuk kedalam tahap akut, karena krisis yang dialami ini sudah termasuk
besar, karena memakan banyak korban. Dan untuk selanjutnya dilakukan
pengelolaan krisis dari mulai mengidentifikasi krisis, Analisis Krisis, dan
Isolasi Krisis. Penanganaan yang dilakukan Humas Garuda Indonesia itu, ternyata
berdampak baik bagi perusahaan. Itu terbukti, karena pelangan percaya akan
penanganan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia sangat bagus. Untuk itu
khalayak terutama pelanggan masih mempercayai Garuda Indonesia sebagai maskapai
penerbangan yang paling aman.
Terkait dengan
krisis yang dihadapi oleh garuda Indonesia bukanlah masalah yang kecil sehingga
harus di tangani dengan cepat dan tepat. Dengan ini maka
BAB
V
DAFTAR
PUSTAKA
Cutlip, Scott M. dkk.
2007. Effective Public Relations.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Firsan, Nova. 2011. Crisis Public Relatons: Bagaimana
PR Menangani Krisis Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Wilcox, R. Philliph.
& Agee, L. Warent. 2006. Public
Relations Strategi dan Taktik. Bandung: Alfabeta
Komentar
Posting Komentar